Chris Lie: Mendunia lewat ilustrasi

Indonesia boleh saja kebanjiran komik asing, beberapa diantaranya bahkan tetap populer ketika diangkat ke layar lebar. Namun, jangan salah, beberapa judul komik di Amerika Serikat justru dibuat oleh orang Indonesia.
 
Siapa tak mengenal sosok Barack Obama? Presiden Amerika Serikat dengan sosok kharismatisya. Bagaimana bila Barack Obama muncul dengan kostum coklat ala polisi, mengenggam sekop berdiri dengan latar belakang reruntuhan gedung sisa perang?

Hal ini bisa ditemukan dalam komik serial Drafted One Hundred Days, edisi khusus Barack Obama yang edar di seluruh dunia. Dalam credit title komik serial tersebut terselip nama Chris Lie sebagai co creator, dia berasal dari Indonesia. Bahkan di salah satu edisi, Jakarta pun menjadi salah satu setting cerita.

Komik ini bukanlah karya pertama Chris Lie. Sebelumnya, komik Return of The Labyrinth terjual habis hanya dalam dua hari di ajang komik terbesar di dunia, San Diego Comic-Con pada Juli 2006. 

Tidak hanya komik dan grafik novel, karya Chris Lie lainnya seperti ilustrasi, desain konsep, desain mainan, hingga ilustrasi kemasan pun sudah eksis di berbagai negara.



Christiawan Lie, lebih populer dipanggil Chris Lie merupakan pendiri dan direktur Caravan Studio. Kesuksesannya di dunia ilustrator dan desain grafis berawal dari hobi menggambarnya sejak kecil.

Menjadi lulusan terbaik teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ternyata tidak membuatnya mantap berkarir di dunia arsitektur, dia malah ingin menjadi ilustrator komik.

Bersama keempat orang temannya, pada 1997, dia membuat Studio Komik Bajing Loncat dan meluncurkan komik pertamanya berjudul “Katalis”. Karya mereka cukup sukses menarik hati di kalangan komunitas komik Bandung.

Hal ini membuatnya terpacu untuk menghasilkan karya-karya selanjutnya seperti “Petualangan Ozzie” dan “Amoeba”. Tak lama Peneribit Mizan dan Elex Media Komputindo tertarik dengan hasil karya mereka.

Lima sekawan ini diminta untuk mengerjakan berbagai ilustrasi buku dan komik, salah satunya ilustrasi kisah-kisah Nabi dari Mizan. Untuk membantu pengerjaan yang semakin banyak, Chris menambahkan tenaga ilustrator menjadi 11 orang.

Kerjasama tersebut hanya berlangsung tiga tahun, ternyata mereka belum bisa mengatur keuangan dengan baik, pemasukannya habis untuk menggaji karyawan. Akhirnya, semua sepakat mengambil jalan hidup masing-masing.

Chris kembali menjadi menjadi arsitek. Namun, kecintaannya terhadap dunia ilustrasi komik tidak bisa hilang. Pada 2003, dia mendapatkan kesempatan beasiswa dari Fullbright Schollarship untuk melanjutkan program master di Savannah Collage of Art and Design, Savannah, Amerika Serikat.

Selama kuliah, dia juga magang di perusahaan penerbit ternama, Devil's Due Publishing. Dari situ, karya pria kelahiran Solo, 5 September 1974 mulai dilirik. Ketika ada proyek action figur GI Joe dari Hasbro, perusahaan mainan raksasa pemegang lisensi pusat GI Joe, karya Chris rupanya yang terpilih.

Chris pun terlibat dalam pembuatan GI Joe Sigma 6 mulai dari pembuatan desain action figure, ilustrasi untuk cover DVD, kemasan serta media promosi lain yang berkaitan dengan komik tersebut di akhir 2004.

Dia mendapat kontrak untuk pembuatan karakter tokoh GI Joe selama lima edisi. Setelah itu, order untuk mendesain berbagai tokoh komik dan mainan semakin banyak.

Chris pulang ke tanah air ada 2007 dan membangun bisnisnya sendiri dengan mendirikan Caravan Studio.

Pengagum komikus Jim Lee ini pun membutuhkan waktu selama enam bulan untuk mewujudkan ide bisnisnya. Tepat pada Januari 2008, dengan bermodalkan uang tabungannya sebesar Rp150 juta, berdirilah Caravan Studio.

Mengapa Caravan Studio? Filosofinya tak lain adalah seperti kendaraan awak sirkus. Awak sirkus biasanya berisi freak people. Jadi dalam caravan itu isinya adalah freak people, tetapi sarat prestasi.

Alasan lainnya karena nama tersebut gampang untuk dilafalkan oleh semua bahasa, salah satu modal untuk go global.

Bisnisnya adalah studio konsep desain, komik dan ilustrasi yang mengkonsentrasikan diri untuk menggarap bagian kreatif dari sebuah proyek, yaitu tahap pencarian dan pengembangan ide, desain (karakter, lokasi, transportasi), art direction dan hasilnya berupa digital image yang pendistribusiannya bisa dalam bentuk digital, cetak, online, ataupun mainan.

Saat ini, Ia bersama 16 orang ilustrator lainnya, Caravan Studio menggarap berbagai karakter tokoh mainan, komik hingga game, seperti GI Joe, Transformers, Monster Hunter hingga Street Fighter 4.

Hampir semua order pengerjaan datang dari perusahaan besar Amerika seperti seperti Marvel, Hasbro, Mattel, LEGO dan Sony Online Entertainment. Kecintaan terhadap budaya lokal tidak pernah hilang. Caravan Studio juga menggarap komik serial perwayangan Baratayudha.

Bila biasanya studio di negera berkembang hanya mengerjakan bagian labor works dari negara maju, Caravan Studio justru mengambil bagian proses kreatif dari sebuah proyek kreatif.

Di awal berdirinya, Caravan Studio banyak menggarap proyek desain kreatif outsourcing. Namun kini sudah mampu memberikan kebebasan dan waktu bagi para senimannya untuk mengembangkan  ide orisinal, terutama bernuansa lokal untuk dikemas dan dipasarkan secara global dalam bentuk komik digital, komik cetak, buku anak, serial televisi, dan video game.

Tantangan sebagai desainer grafis dan ilustrator yaitu menerjemahkan ide ke dalam bentuk gambar dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam menghasilkan karya, poin utama yang perlu diperhatikan yaitu orisinalitas ide.

Kedua, artwork tersebut harus dinilai bagus oleh semua orang atau pasar, bukan si pembuat atau kalangan seniman. “Kreatifitas seni sudah masuk ke dalam industri dimana harus sesuai dengan keinginan pasar,” ujar Chris, baru-baru ini.

Totalitas dalam berkarya merupakan kunci sukses Chris. Caravan Studio harus berkarya secara profesional, bukan berdasarkan mood semata. Chis menekankan bahwa dirinya dan tim bukan seniman, tetapi profesional yang dalam kondisi apapun harus bisa menghasilkan  karya.

Chris mengatakan ide untuk membuat suatu karya ilustrasi bisa didapatkan dari berbagai hal. Ide datang saat menonton film, televisi, melihat buku referensi, atau dari internet. Karena sudah ada di dalam industri yang terikat deadline, setiap hari harus ada ide baru.

Jika editor langsung cocok dengan hasil karyanya biasanya cukup butuh waktu pengerjaan tiga hari, tetapi jika banyak revisi bisa memakan waktu hingga dua minggu untuk sebuah ilustrasi action figure.

Tidak hanya eksis menjadi pengusaha, Chris juga tidak pelit membagi ilmunya dengan menjadi pembicara tamu di berbagai kegiatan, mengajar, melatih komunitas, hingga berperan sebagai juri di berbagai perlombaan untuk mengasah kemampuan ilustrator lokal.

Materi pelatihan kebanyakan mengenai digital painting, tema yang sedang hangat dikalangan penyuka desain grafis digital.

“Sumber daya manusia di sini bisa mengembangkan desain grafis digital sebagai hal yang menghasilkan, khususnya dengan menciptakan perencanaan seperti karakter tokoh kartun. Pesanan juga bisa datang dari mana saja,” ujarnya.

Chris mengaku sejauh ini usaha studio desain yang dirintisnya kebanyakan membuat pesanan konsep desain untuk video game dan karakter kartun atau komik. Pesanan sejauh ini datang dari Amerika, Eropa, Australia, dan Indonesia.

Kiprahnya yang telah melanglang buana di kancah internasional mau tak mau mendongkrak pendapatannya. Untuk perusahaan sekelas Marvel, sebagai penciler sebuah proyek pembuatan komik Chris bisa meraup honor US$100 per lembarnya.

Ada juga fee proyek pembuatan game card maupun desain action figure dan ilustrasi kemasan. Chris bisa meraup keuntungan lebih besar karena proyek tersebut intangible asset. Dia mengaku modal usaha yang dikeluarkannya sudah kembali di tahun pertama.

Penguasaan bahasa asing dan pengerjaan proyek dengan kualitas dan standar internasional menjadi nilai lebih dari Caravan Studio. Berbekal pengalamannya melanglang buana di kancah global, pada akhirnya membentuk segmen pasar Caravan Studio yaitu pasar internasional.

Chris memperoleh berbagai proyek internasional dengan mengandalkan rekomendasi mulut ke mulut dan jejaring yang dibangunnya kala menuntut ilmu dan bekerja magang di Amerika Serikat.

Saat ini beberapa klien internasionalnya seperti Due Publishing Inc, Marvel, Hasbro, Archie Comic Publication Inc, dan Tokyopop Inc.

Chris menyarankan para desainer grafis dan ilustrator Indonesia untuk terus mengasah kreativitas. Mereka tidak harus sekolah dan magang di perusahaan desain di luar negeri seperti yang dilakukannya.

Adanya teknologi internet semakin memudahkan untuk menunjukan kemampuannya kepada dunia, seperti komunitas online seni grafis deviantArt. Di situ, banyak editor yang akan melirik karya terbaik dari seluruh dunia.