Pascakenaikan harga bahan bakar minyak, sepanjang Juni beberapa kota besar boleh saja menaikkan tarif taksi, tetapi di Jakarta hampir seluruh armada angkutan tersebut ternyata belum mengubah tarifnya.
Eitsss, jangan senang dahulu, penumpang sebaiknya lebih waspada dalam membaca tulisan di depan kaca taksi yang selama ini digunakan untuk menandakan armada itu masih menggunakan tarif lama.
Cukup banyak pengusaha taksi tarif lama yang selama ini menggunakan argometer Rp4.000 per buka pintu kini menambahkan kata 'tarif baru batas bawah' di bawah tulisan tarif lama.
Sebagai contoh armada taksi Putra, sepekan terakhir penumpang setia perusahaan tersebut mengaku merasa tertipu dengan papan tarif lama yang di bawahnya terdapat tambahan tulisan kecil bertuliskan 'tarif baru batas bawah'.
"Mulanya saya enggak tahu maksud tarif baru batas bawah di bawah tulisan tarif lama, tetapi setelah argo dinyalakan, rasanya mendingan naik Blue Bird saja, tarifnya sama kendaraannya lebih bagus," ujar seorang eksekutif perempuan di sebuah perusahaan jasa transportasi kepada Bisnis, pekan lalu.
Ungkapan serupa dinyatakan oleh seluruh pelanggan Putra yang Bisnis wawancarai sepanjang pekan lalu. Kenapa Putra, karena armada taksi tersebut masuk dalam lima taksi pilihan perempuan Jakarta hasil jajak pendapat kecil-kecilan beberapa milis bersama Blue Bird, Express, Taksi Cab, dan TransCab.
Selain Putra, tentu saja masih banyak perusahaan taksi bertuliskan tarif lama yang melakukan hal tersebut sehingga memerlukan kejelian ekstra para penumpang pencinta tarif lama.
Tarif baru batas bawah di Jakarta dan sekitarnya saat ini memang sama dengan tarif baru yang berlaku pascakenaikan bahan bakar minyak pada 2005. Perhitungan tarifnya Rp5.000 buka pintu ditambah Rp2.500 per km.
Selisih antara tarif lama dan tarif baru batas bawah cukup besar, sekitar 25% untuk buka pintu dan 39% lebih mahal per kilometernya.
Perbedaan tarif
Perbedaan tarif tersebut cukup terasa bagi karyawan berpenghasilan menengah yang perlu menggunakan taksi. Tuntutan tampil segar saat bertemu kolega dan tingkat keamanan angkutan umum seperti bus yang relatif masih rendah, menjadi beberapa alasan.
Pengemudi taksi sendiri sangat menyadari perbedaan tarif menjadi salah satu alasan penumpang memilih sebuah perusahaan taksi.
Hal tersebut mendasari keputusan direksi Express Taksi yang bertahan menggunakan tarif lama sampai seluruh mitra pengemudi menyetujui menggunakan argometer tarif baru batas bawah.
Pengemudi Express Taksi menilai kenaikan tarif taksi akan menurunkan jumlah penumpang dan berdampak pada penurunan penghasilan harian.
Mereka mengaku walaupun harga BBM mengalami kenaikan, tetapi tarif lama masih cukup untuk menutupi biaya bahan bakar, uang setoran dengan besaran antara Rp150.000 dan Rp200.000 per hari, serta membawa penghasilan cukup ke rumah.
Selain Express, Blue Bird sebagai taksi dengan armada terbanyak di Indonesia sampai saat ini juga belum memberlakukan tarif baru yang telah ditetapkan.
Pihak manajemen perusahaan taksi tersebut mengaku akan segera mengikuti ketetapan tarif taksi yang baru dalam tiga bulan ke depan.
"Kami juga melihat operator taksi lain yang belum menyesuaikan kenaikan tarif hingga saat ini," ujar Humas Blue Bird Teguh Wijayanto.
Menyesuaikan tarif taksi dengan harga BBM baru memang terasa bagai memakan buah simalakama atau sama dengan judul film 'Maju Kena Mundur Kena' yang dibintangi grup komedian legenda Indonesia, Warkop.
Menahan penyesuaian tarif berarti pendapatan menurun untuk menutupi biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan. Melakukan penyesuaian juga berpotensi besar menurunkan pendapatan karena jumlah penumpang pasti menurun.
Penurunan pendapatan harian ataupun komisi bulanan tentu akan memberatkan pengemudi. Jangankan pendapatan turun, pendapatan naik 15% pun rasanya masih belum menutupi kenaikan harga barang yang bisa mencapai 25% dari total pemasukan. (redaksi@bisnis.co.id)
Oleh Fita Indah Maulani
Kontributor Bisnis Indonesia