Selamat datang tarif murah BlackBerry

Pelanggan layanan telekomunikasi di Indonesia sepertinya harus berterimakasih kepada regulator yang telah membuka jalan bagi hadirnya 11 operator telekomunikasi, jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan negara lain dengan rata-rata hanya memiliki 3 hingga 5 operator saja.

Para operator telekomunikasi tersebut adalah Telkom, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Natrindo Telepon Seluler, Hutchison CP Telecom Indonesia, Bakrie Telecom, Mobile-8 Telecom, Smart Telecom, Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, dan Batam Bintan Telekomunikasi.

Ketatnya kompetisi diantara para operator tersebut dalam memperebutkan pelanggan membawa dampak positif, khususnya dalam hal tarif telekomunikasi baik untuk suara (voice) maupun pesan singkat (SMS).

Perang harga pun tidak dapat dihindari khususnya dalam layanan SMS dimana tidak adanya aturan interkoneksi sehingga operator bisa menurunkan biaya serendah-rendahnya. Peperangan yang sempat terhenti pada akhir 2008 setelah regulator mengeluarkan larangan kembali terjadi sejak pertengahan 2009 hingga kini.

Promo SMS gratis kini menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh seluruh operator telekomunikasi seluler, mulai dari pemain ‘besar’ seperti Telkomsel hingga pemain ‘kecil’ seperti Tri. Mereka menawarkan tarif murah demi mendapatkan pelanggan lebih banyak dan mempertahankan pengguna lama.

Ledakan ponsel pintar BlackBerry dengan layanan BlackBerry Internet Service (BIS) yang ditawarkan oleh operator terafiliasi dengan Reserach in Motion (RIM) kini tak luput dari potensi perang tarif.

Potensi terjadinya perang tarif layanan BIS dimulai awal tahun ini oleh operator kecil yaitu Tri pada Februari lalu dengan meluncurkan layanan BlackBerry full service meliputi fitur jejaring sosial, push mail, chat, dan browsing hanya seharga Rp88.000 per bulan.

Promo operator ini cukup menggetarkan dengan menawarkan artis Agnes Monica sebagai pacar jika ada pengguna operator lain yang harga langganan layanan BlackBerry-nya di bawah Rp88.000 per bulan.

Sayangnya, hal ini belum cukup mendobrak pasar baru, apalagi tingkat perpindahan pelanggan (churn rate) karena Tri masih termasuk dalam golongan operator ‘kecil’ dengan keterbatasan jaringan layanan.

Ancaman si Biru

Cerita menjadi berbeda ketika XL ikut menabuh genderang perang tarif BlackBerry dengan meluncurkan paket promo BIS full service seharga Rp99.000 per bulan mulai 3 Mei lalu, turun 34% dibandingkan dengan tarif sebelumnya sebesar Rp150.00 per bulan.

Promo operator yang masuk dalam tiga besar pemain seluler ini memang berlaku hingga 31 Juli mendatang, namun menilik pada program promo tarif pada layanan SMS, besar kemungkinan promo ini berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

“Perang tarif layanan BlackBerry memang sudah hampir terjadi, semua bisa terjadi. Kami sekarang masih mengevaluasi dan melihat kondisi persaingan, bukan tidak mungkin untuk turun tarif juga,” ujar Teguh Prasetya, Group Head Brand Marketing PT Indosat Tbk kepada Bisnis, pekan ini.

Langkah XL menurunkan tarif layanan BIS full service hingga di bawah Rp100.000 per bulan diyakini akan membawa dampak bagi operator lain. Apalagi XL kini menjadi operator dengan pelanggan BlackBerry terbesar, leih dari 335.000 pelanggan.

Indosat saat ini menerakan tarif promosi yang berlaku hingga 1 Juli mendatang, besar kemungkinan promo ini diperpanjang. Telkomsel baru-baru ini akhirnya menurunkan tarif layanan BlackBerry bagi pengguna Halo (layanan pascabayar) menjadi Rp150.000 per bulan dari sebelumnya Rp180.000 per bulan.

Genderang perang telah ditabuh oleh dua operator, sebentar lagi konsumen dapat menikmati layanan BlackBerry dengan harga lebih kompetitif. Namun, jangan sampai tingkat kenyamanan pengguna berkurang karena dikorbankannya kualitas layanan oleh para penyedia jasa layanan daya ini.

Apalagi, hingga kini regulator belum mengeluarkan aturan standar layanan untuk komunikasi data yang menjaga kualitas layanan dari para operator kepada konsumen seperti pada layanan suara dan SMS.

*Tulisan ini juga ada di Harian Bisnis Indonesia edisi Sabtu, 8 Mei 2010