Hal tersebut salah satunya terjadi pada Achmad, manager di perusahaan yang bergerak di industri telematika. Dia mengaku kenaikan pendapatan yang diperoleh dari jabatan dan perusahaan barunya ternyata tidak membuatnya merasa berkecukupan.
“Sekarang penghasilan naik dua kali lipat, namun pengeluaran ternyata juga jauh lebih besar. Jadinya gak jauh beda dengan sebelumnya, setiap akhir bulan gesek kartu kredit bahkan hanya untuk belanja kebutuhan pokok,” ujarnya, baru-baru ini.
Pria yang mengalami kenaikan pendapatan sejak awal tahun ini mengaku, awalnya dirinya merasa perlu memberikan apresiasi pada dirinya karena berhasil memperoleh jabatan ini dan meningkatkan penghasilan menjadi Rp10 juta per bulan dari sebelumnya sekitar Rp4,5 juta per bulan.
Membeli sebuah mobil menggantikan motor yang biasa menemani pergi bekerja menjadi keputusan pertamanya. Keputusan ini banyak berpengaruh pada pengeluaran transportasi setiap bulannya.
Dahulu, biaya perawatan sepeda motor, bahan bakar, hingga parkir maksimal Rp1 juta per bulan, tanpa kewajiban membayar cicilan karena sudah lama lunas. Sekarang, cicilan mobil Rp3 juta per bulan, belum termasuk dana bahan bakar, parkir, dan perawatan rutin.
Selanjutnya, pada level ini Achmad merasa perlu melakukan upgrade penampilan, mulai dari kemeja hingga sepatu kini harus bermerek. Gengsinya pun merasa perlu untuk lebih sering bertemu dengan rekan sejawat di kafe atau restoran, bukan lagi foodcourt.
Akhirnya, kini dia mulai berasa ngos-ngosan menjaga arus uang keluar seimbang dengan pemasukan. Beberapa kali dia bahkan harus tekor hingga Rp 2 juta per bulan.
“Jangankan investasi beli emas atau menambah tabungan pendidikan anak, lah sama bulanan saja sudah berat,” ujarnya.
Patuhi anggaran
Eko P. Pratomo, penulis buku Membangun Kecerdasan Finansial Dengan Nilai-Nilai Spriritualitas mengatakan orang sering mengeluhkan pendapatan kurang, berapapun nilai yang mereka terima.
“Berapapun gaji tidak akan cukup karena keinginan terus bertambah. Buatlah anggaran, paling mudah dengan sistem amplop, untuk transportasi, cicilan rumah, tabungan hari tua, kebutuhan anak, hingga makan di luar dan membeli pakaian,” ujarnya.
Penulis buku Your Credit Score: Your Money & What's at Stake Liz Pulliam Weston dalam bukunya mengatakan pertanyaan paling banyak adalah berapa banyak uang yang harus dibelanjakan.
“Saran saya, buatlah beberapa kategori, mulai dari cicilan rumah, makanan, transportasi, komunikasi, hingga pengeluaran rumah seperti listrik,” ujarnya.
Setiap orang atau keluarga memiliki prioritas pengeluaran masing-masing, ada yang tidak perlu berlangganan TV kabel di rumah, namun ada yang merasa itu penting. Keputusan mengenai skala prioritas pasti berbeda.
Mulailah membuat anggaran dari uang yang telah dipotong pajak dan melunasi atau mencicil kartu kredit. Usahakan jangan ada tunggakan atau jika sudah ada bayar dengan target pelunasan maksimal setahun dari sekarang.
Kartu kredit tetap diperlukan dan sering mengutungkan untuk mendapatkan penawaran terbaik, sebagai contoh makanlah di luar dengan pilihan restoran yang memberikan potongan harga hingga 50% untuk pembayaran dengan kartu anda.
Namun, jangan lupa untuk menyisihkan uang guna membayar tagihan tersebut, masukkan transaksi tersebut dalam anggaran makan di luar, jangan sampai jumlahnya melebihi rencana awal.
Liz menambahkan banyaknya pertanyaan berapa persen dana yang harus disimpan, jawabannya, minimal 20% dari pendapatan bulanan. Sisanya, prioritaskan untuk pengeluaran pasti seperti cicilan rumah, mobil, tagihan telepon, tabungan dan asuransi keluarga.
Sisa dari pengeluaran tersebut baru bisa dianggarkan untuk makan di luar, membeli pakaian dan produk lainnya, serta rekreasi. Untuk rencana liburan tahunan keluar kota atau luar negeri bisa dicicil menabung dari sisa dana ini.
Melalui MSN Money, Liz menggambarkan Achmad, dengan pendapatan keluarga dengan satu anak usia batita Rp10 juta per bulan, pengeluaran per bulan adalah cicilan mobil Rp3 juta, cicilan rumah Rp1,3 juta, simpanan investasi Rp500.000, asuransi dan tabungan (kesehatan, pendidikan dan hari tua) keluarga Rp1,5 juta.
Uang untuk investasi sebaiknya dipotong di awal karena biasanya jarang ada orang atau keluarga yang bisa menyisihkan uang di akhir bulan. Setelah itu mulailah mengatur pengeluaran bulanan, mulai dari transportasi Rp1 juta, komunikasi (ponsel, internet, dan TV kabel) Rp600.000, hingga listrik Rp175.000.
Sisanya, Rp1,9 juta digunakan untuk makan dan kebutuhan anak yang masih kecil seperti susu dan diapers. Jumlah tersebut terbatas, namun tetap cukup untuk memenuhi hidup layak, tentu ada beberapa penghematan, seperti membawa bekal makan dari rumah dan belilah produk ketika sedang ada potongan harga.
Biasakan tunai
Thomas Stanley dan William Danko, penulis buku The Millionaire Next Door mengatakan bahwa gaji tidak bisa membuat seseorang menjadi kaya. Gaji tinggi membantu membangun kekayaan, namun orang yang mandiri secara finansial memandang gaji mereka sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan uang.
“Orang kaya tidak menghabiskan uang mereka untuk pembelian, mereka jadi kaya dengan memaksimalkan nilai investasi,” ujarnya.
Perbedaan terbesar antara orang yang memiliki uang dan orang yang ingin punya uang adalah, bagaimana mereka membayar barang yang dibeli. Orang kaya cenderung membeli secara tunai, tak peduli meski itu mobil, rumah, atau kapal pesiar.
Hal ini mungkin sulit dilakukan oleh orang-orang yang masih menerima gaji rata-rata, tapi intinya sama, jangan berutang untuk membiayai gaya hidup Anda.
Berapapun penghasilan dan tingginya jabatan, jangan lupa untuk tetap mempertahankan hidup sederhana, bukan berarti pelit terhadap diri sendiri.
Stanley dan Danko mengungkapkannya dalam bukunya dengan penghasilan tinggi yang membelanjakan seluruh uangnya untuk bersenang-senang tak bisa dianggap orang kaya. Mereka ceroboh karena hanya hidup untuk hari ini.
Jadi, hiduplah sederhana pada hari ini agar bisa menikmati hidup anda nanti. Langkah kedua jangan lupa membuat perencanaan, melakukan diversifikasi investasi, bayarlah pengeluaran secara tunai dengan mengurangi pemakaian kredit, serta simpan uang tunai untuk dana tak terduga.
“Simpan uang tunai dalam beberapa tabungan yang berbeda. Cara seperti ini akan membantu mengatur budget. Misalnya, satu rekening bank digunakan sebagai biaya operasional sehari-hari. Rekening lainnya untuk tabungan hari tua, dana pendidikan, dan lainnya,” ujarnya.
Terakhir, ajarkan anak untuk menabung dan bagaimana mengelola keuangannya.
Orangtua yang tidak konsumtif memiliki pola pikir gengsi bukan terletak pada merek atau jumlah barang yang dimiliki. Anak akan lebih menghargai uang dan lebih cerdas mengatur keuangannya.