Industri kreatif Bandung tidak mungkin lepas dari komunitasnya


I've GotABoyfriend Now/
He's MyDearestPal/
He'll Always Catch Me When I Fall/
He's Always There When I Call...
Penggalan lirik lagu tersebut sempat menjadi sangat populer sekitar lima tahun lalu. Hampir seluruh anak muda di kota besar Indonesia mengenal siapa grup band yang membawakan lagu ini.
Mocca, grup band asal Bandung memilih berkarya dan memasarkan albumnya melalui jalur independen (indie). Band yang memilih tidak berada dalam payung perusahaan rekaman besar berskala internasional begitu populer, tidak kalah saing dengan Ratu di hati penggemar tanah air.
Mocca sebuah awal, sama dengan enam clothing di Bandung yang mulai mengembangkan desain berbeda dengan standar desain tanah air. Mulai dari selera musik, gaya hidup hingga produk fashion. Sekarang, kreatifitas indie berkembang menjadi industri yang mampu memberi kontribusi bagi perekonomian kota, industri kreatif namanya.
Industri kreatif bergerak di berbagai bidang usaha yang saling melengkapi dan mempengaruhi dalam sebuah komunitas anak muda yang kini tengah melejit dan berpotensi besar menjadi penyokong perekonomian masa depan.
Director of Research & Development Common Room Gustaff H Iskandar mengatakan industri kreatif merupakan bagian dari industri fashion, musik desain, sastra, hingga masyarakat urban. Awal mula denyut industri ini sendiri dimulai sekitar sepuluh tahun lalu.
Common Room melakukan eksplorasi pada riset perkembangan industri kreatif secara global, khususnya Bandung dan kota besar lainnya selama sepuluh tahun terakhir.
"Kami berawal dari majalah Trolly yang berisi mengenai perkembangan desain dan seni kreatif. Temyata majalah tersebut memacu orang lebih tertarik dengan bidang ini," ujarnya kepada Bisnis.
Sepuluh tahun yang lalu juga bertepatan dengan berdirinya beberapa clothing besar yang kini menembus pemasaran dunia seperti EAT 347 dan Ouval Research. Beberapa clothing pelopor saat itu, termasuk kedua clothing di atas hanya mengandalkan modal usaha Rp300.000 plus komunitas.
Siapa sangka, alternatif desain produk fashion yang berbeda dengan tren fashion di Indonesia saat itu kini menjelma menjadi sebuah industri dengan 700 clothing se-Indonesia. Bandung sebagai sebuah kota berhasil menghadirkan generasi baru yang kreatif.
Dari total clothing saat ini 300 ada di Bandung, dan sisanya kebanyakan mencari bahan baku di Jabar atau perpanjangan tangan dari usaha di kota ini.
Dukungan komunitas
Public Relations Manager Ouval Research Irfan Bijaksana mengatakan kemajuan industri fashion kreatif tidak terlepas dari dukungan komunitas di dalamnya. Komunitas sama yang mendukung band indie berkembang.
Komunitas ini sendiri awalnya merupakan kumpulan anak muda yang menyukai olah raga skateboard dan gaya hidup olah raga ini di dunia internasional. Rasa cinta tanah air merangsang mereka untuk menciptakan sebuah trend.
Sebelum clothing hadir, generasi muda lebih bangga menggunakan produkfashion berlabel barat seperti Roxy, Quicksilver atau Billabong.
"Kini, mereka tidak kalah bangga ketika memakai merek Ouval Research, mendengarkan lagu The Sigit dan menyaksikan instalasi desain karya teman sebaya," ujar Irfan.
Dalam waktu bersamaan, perusahaan rekaman yang khusus berkonsentrasi mengorbitkan pemusik indie, Fast Forward Record berhasil membuat Mocca, Pure Saturday, The Sigit dan masih banyak grup band indie lainnya terkenal di blantika musik tanah air.
Semua keberhasilan membangun industri kreatif tidak terlepas dari pola jaringan pemasaran berbasis komunitas. Mereka membangun usaha dengan mendukung perkembangan komunitas. Grup band indie ketika manggung mendapat sponsor pakaian dari clothing dan dipromosikan dalam majalah komunitas.
Semua ikut terangkat dalam paket ekonomi tersebut. Anak muda yang awam dengan komunitas tersebut pun pada akhirnya merasa ini sebuah kebutuhan eksistensi. Apalagi kualitas industri tersebut bisa bersaing dengan industri besar.
Hasil rekaman baik, musikalitas apik, kualitas baju bagus, dengan desain yang menarik dan menjadi pusat dari tren. Sekarang, setelah sepuluh tahun. Menjadi hal biasa melihat seorang anak SMU begitu bangga menggunakan baju dari clothing Airplane sembari mendengarkan musik The Sigit, walaupun ia tidak bisa bermain skateboard.
Itu semua merupakan hasil dari pemasaran komunitas yang dilakukan anak muda Kota Bandung usia 20-30 tahun. Semuanya made in Bandung.(bandung@bisnis. co. id)
Oleh : Fita Indah Maulani
Kontributor Bisnis Indonesia