Geliat DJ lokal, gak ada matinya!!



Banyak penyanyi internasional sedang ketagihan membuat lagu berkolaborasi dengan seorang disk jockey (DJ), sebut saja Rihanna, Taio Cruz, LMFAO, Nikki Minaj, hingga Bruno Mars yang sukses mengeluarkan lagu duet dengan DJ David Guetta.
Ketenaran seorang DJ saat ini tidak lagi menjadi bayang-bayang penyanyi. Beberapa DJ sukses dengan album mereka sendiri, mulai dari David Guetta, Armin Van Buuren, dan Tiesto, hingga DJ Riri atau DJ Romy dari Indonesia.

Perkembangan profesi ini juga tidak bisa lepas dari pertumbuhan jumlah dan eksistensi club sebagai salah satu lokasi mereka tampil. Di Indonesia, DJ tidak hanya dilahirkan dari Jakarta atau Bali, setiap kota pun memiliki DJ lokal kesayangan.

 

“DJ lokal juga memiliki kesempatan yang sama untuk eksis di kota lain, bahkan hingga internasional. Banyak sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan hasil karya seorang DJ, yang penting adalah eksistensi dan produksi,” ujar Aria Pamenang, DJ asal Yogyakarta.

Dia mengaku konsistensi terhadap genre musik yang dimainkan, membuat karya sendiri dan memperkenalkannya secara berkala, serta tidak hanya memainkan lagu orang lain menjadi kunci seorang DJ dari daerah bisa dikenal hingga internasional.

Berawal dari menyukai electronic dance music, Aria mulai belajar menjadi seorang disk jockey sejak 2004 bersama sahabatnya, DJ Dewa Nugraha dengan peralatan pinjaman dari teman sesama DJ, Vince.

Ada berbagai macam genre yang dimainkan oleh seorang DJ, tetapi garis besarnya tetap mengarah ke electronic dance music. Aria sendiri mengaku permainan dan karyanya banyak dipengaruhi daft punk dengan aliran french house.

Banyak cara memperkenalkan karya seorang DJ, salah satunya melalui internet. Saat ini cukup banyak DJ lokal dan internasional yang memperkenalkan musik mereka melalui berbagai situs, salah satunya soundcloud.com.

Bagi Aria, kunci kesuksesan seorang DJ adalah bakat, eksistensi, dan produksi. Seorang DJ juga tidak hanya menunggu panggilan, dia juga harus mempromosikan dirinya, melalui komunitas, hingga membuat acara sendiri.

Aria dan beberapa teman DJ lainnya mulai membuat acara outdoor, di luar club sejak 2004, saat itu anak muda kota Jogja sedang keranjingan kegiatan bertajuk rave party dengan mengambil berbagai lokasi, mulai dari pantai seperti Parangtritis, daerah dingin seperti Kaliurang, hingga berlatar candi Prambanan.

“Beberapa kegiatan seperti Climbatized Ravecoholic, Camping Ground Kaliurang, dan TJ,s Dance Out, Volcano High, Bumi Perkemahan Kaliurang,” ujarnya.

Tidak selalu kencang
Musik yang dimainkan oleh DJ lokal saat ini mayoritas memiliki beat cepat mengajak setiap pengunjung club untuk berdansa. Namun, tidak semua DJ memiliki permainan seperti itu, ada juga yang memilih menghasilkan karya lebih lembut.

Navis Satya Pradana mengaku saat ini mulai banyak club di Jakarta yang memanggil DJ internasional untuk bermain membawakan musik yang lebih soft di club mereka, meskipun di luar Jakarta jumlahnya masih sangat sedikt.
 
“Tidak sedikit orang perlu ke club hanya untuk menikmati suasana dan musik bersama teman. Mereka bahkan tidak mengkonsumsi alkohol dan berniat turun ke lantai dansa. Selama ini keinginan tersebut kurang terakomodasi di club sehingga mereka lari ke lounge,” ujarnya.

Pria yang mulai bermain sejak 2003 ini mengaku awalnya belajar dari teman hingga membuat acara private di sebuah lounge di Jogja. Dari situ mulai merambah ke beberapa club dan luar kota, seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Bali, dan Surabaya.

“Sekarang kesempatan DJ lokal naik ke panggung nasional maupun internasional jauh lebih mudah,” ujarnya.

Salah satunya dengan bnyak acara kompetisi DJ internasional yang diadakan di setiap negara. Pemenang dari setiap negara tersebut biasanya memperoleh hadiah berupa pelatihan untuk membuat lagu dan bermain di acara internasional.

“Apalagi kalau kmu sudah bisa  produksi lagu sendiri, tinggal email ke beberapa label internasional. Jika lagumu di anggap masuk untuk lebel tersebut langsung bisa realese dalam bentuk mp3 maupun vinyl,” ujarnya.

Navis mengaku sejak awal hingga saat ini dia memilih tawaran pekerjaan yang masuk, acara yang diterimanya setidaknya bisa menerima musil yang dimainkannya. Komunitas juga menjadi ajang terus eksis. Di Jogja dia bergabung dengan Energyroom.

“Cara jual diri DJ lokal juga bisa dengan membuat mixtape bersama beberapa rekan lainnya, lalu disebar ke teman dan upload di internet,” ujarnya.
 
Masalah honor manggung, dia mengaku DJ daerah dengan DJ dari Jakarta tidak  adaperbedaannya, tergantung dari kemampuan dan kredibilitas personal. Sejauh ini dia mengaku Jakarta dan Jogja merupakan dua kota dengan crowd paling seru.