Kereta api kembali anjlok di ruas rel Bandung-Jakarta. Kamis 19 Juli 2007, KA Parahyangan rute Bandung-Jakarta anjlok di antara Stasiun Cisomang dan Stasiun Cikadongdong.
Belum genap sebulan berlalu sejak anjloknya KA Argo Gede di kilometer 146, antara Stasuin Cilame dan Sasak Saat pada 28 Juni lalu.
Selama Juni 2007 tercatat empat kali kereta anjlok di ruas Bandung-Jakarta, daerah operasional 2 Bandung. Bahkan dua kejadian terjadi dalam satu hari.
Di mulai Jum’at 15 Juni 2007, KA Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung anjlok di kilometer 150+5/6, di atas Jembatan Palaksaan daerah Padalarang, antara Stasiun Cilame dan Sasak Saat.
Proses evakuasi kereta yang anjlok berjalan lama hingga malam hari. Mundur dari perkiraan pada sore hari kereta sudah dapat di tarik ke stasiun Bandung. Lokasi kejadian di atas jembatan menyulitkan petugas untuk menarik kereta.
Tepat seminggu kemudian, pada 22 Juni 2007 pukul 08.31, KA Parahyangan kembali anjlok di lokasi yang hanya berjarak 300 meter ke timur dari lokasi pekan sebelumnya.
Banyak pihak mengatakan kejadian ini jauh lebih beruntung dibandingkan kejadian pekan sebelumnya yang berlokasi tepat di atas jembatan.
Beberapa jam kemudian, pukul 13.12, kereta Parahyangan Jakarta-Bandung anjlok kembali di kilometer 150+2/3, tempat yang sama dengan kereta yang anjlok pagi harinya.
Terakhir di Juni 2007, pada 28 Juni KA Argo Gede anjlok ditempat yang berjarak sekitar empat kilometer dari tiga kejadian sebelumnya.
Entah sial atau beruntung, beberapa pihak mengucap syukur karena kereta yang sedang dalam perjalanan menuju Jakarta ini anjlok di titik tersebut.
Lokasi yang hanya berjarak 50 meter sebelum Jembatan Cikubang-Sasak, jembatan terpanjang pada jalur kereta api Bandung-Cikampek.
Lima kejadian tersebut merupakan catatan bagi PT Kereta Api Daop2 Bandung dalam menjaga kondisi rel sepanjang jalur Bandung-Jakarta, dimana wilayah operasi Daop2 hingga Cikampek.
Apalagi, kelima titik anjlok tersebut jaraknya sangat berdekatan. “Bisa dikatakan tempatnya hampir sama,” ujar Kepala Sie Eksternal Humas PT KA Agus Sukamto kepada Bisnis.
Melihat kondisi rel, memang sedang ada pekerjaan perbaikan yang dilakukan. Pertanyaannya, apakah ini menjadi penyebab hal tersebut?
“Untuk pengerjaan perbaikan ataupun perawatan rel dilakasanakan oleh konsultan yang ditunjuk pemerintah bukan oleh PT KA, begitu pula di sepanjang rel yang menjadi daerah operasional Bandung,” ujar Kepala Humas Daop2 Bandung Mateta Rijalulhaq.
Panjang jalur kereta Bandung-Jakarta sekitar 180 km. Daop2 Bandung mengelola sepanjang 100 km dari Stasiun Bandung hingga Cikampek.
Tahun ini, pemerintah selaku pemilk rel kereta melakukan perawatan pada jalur Bandung-Cikampek dan Bandung-Surabaya.
Ruas rel Daop2 yang mengalami perbaikan dan perawatan sepanjang 14 km antara jalur Bandung-Cikampek. Perawatan dilakukan selama 180 hari kalender dari April-Agustus 2007.
Ada empat titik perbaikan sepanjang jalur tersebut. Ciganea-Sukatani sepanjang 2,75 kilometer, Cikadongdong-Rendeh sepanjang 5,21 kilometer, Cikadongdong-Rendeh di titik berbeda sepanjang 0,27 kilometer, dan Sasak Saat-Cilame sepanjang 5,79 kilometer.
Jalur Sasak Saat-Cilame ini yang menjadi lokasi kejadian anjloknya kereta jurusan Bandung-Jakarta. Perbaikan dengan jalur terpanjang ini, 5,79 kilometer terbukti rawan anjlok, walau belum menelan korban jiwa.
Perbaikan jalan berupa penggantian bantalan beton dari kayu atau besi dengan bantalan beton.
“Proses pengerjaan lama karena ada proses pemadatan, kemungkinan kejadian anjlok karena ada tanah yang belum padat sehingga rel tidak berada pada derajat jalur yang benar,” tutur Agus.
Proses perbaikan ini cukup dilematis. Daop2 tidak mungkin memindahkan rute kereta Bandung-Jakarta ke jalur lain.
Agus menjelaskan proses pemadatan membutuhkan bantuan kereta yang lewat Dengan kecepatan tertentu, kereta membantu mempercepat pemadatan. Anjlok bukan harapan, apalagi sudah ada perhitungannya.
Selama ini Daop2 memberi perhatian lebih pada ruas Ciganea-Sukatani karena ada tanah bergerak di wilayah itu.
Kini, dengan terjadinya lima kali anjlok di wilayah Sasak Saat-Cilame, Daop2 lebih memperhatikan pengerjaan perbaikan di ruas tersebut.
Mateta menjelaskan untuk proses penjagaan terhadap ruas rawan tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah. Daop2 sendiri sudah menurunkan kecepatan kereta di lokasi tersebut hingga di bawah lima kilometer per jam.“Kecepatan tersebut sudah sangat minimal untuk sebuah kereta api,” tuturnya.
Belum genap sebulan berlalu sejak anjloknya KA Argo Gede di kilometer 146, antara Stasuin Cilame dan Sasak Saat pada 28 Juni lalu.
Selama Juni 2007 tercatat empat kali kereta anjlok di ruas Bandung-Jakarta, daerah operasional 2 Bandung. Bahkan dua kejadian terjadi dalam satu hari.
Di mulai Jum’at 15 Juni 2007, KA Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung anjlok di kilometer 150+5/6, di atas Jembatan Palaksaan daerah Padalarang, antara Stasiun Cilame dan Sasak Saat.
Proses evakuasi kereta yang anjlok berjalan lama hingga malam hari. Mundur dari perkiraan pada sore hari kereta sudah dapat di tarik ke stasiun Bandung. Lokasi kejadian di atas jembatan menyulitkan petugas untuk menarik kereta.
Tepat seminggu kemudian, pada 22 Juni 2007 pukul 08.31, KA Parahyangan kembali anjlok di lokasi yang hanya berjarak 300 meter ke timur dari lokasi pekan sebelumnya.
Banyak pihak mengatakan kejadian ini jauh lebih beruntung dibandingkan kejadian pekan sebelumnya yang berlokasi tepat di atas jembatan.
Beberapa jam kemudian, pukul 13.12, kereta Parahyangan Jakarta-Bandung anjlok kembali di kilometer 150+2/3, tempat yang sama dengan kereta yang anjlok pagi harinya.
Terakhir di Juni 2007, pada 28 Juni KA Argo Gede anjlok ditempat yang berjarak sekitar empat kilometer dari tiga kejadian sebelumnya.
Entah sial atau beruntung, beberapa pihak mengucap syukur karena kereta yang sedang dalam perjalanan menuju Jakarta ini anjlok di titik tersebut.
Lokasi yang hanya berjarak 50 meter sebelum Jembatan Cikubang-Sasak, jembatan terpanjang pada jalur kereta api Bandung-Cikampek.
Lima kejadian tersebut merupakan catatan bagi PT Kereta Api Daop2 Bandung dalam menjaga kondisi rel sepanjang jalur Bandung-Jakarta, dimana wilayah operasi Daop2 hingga Cikampek.
Apalagi, kelima titik anjlok tersebut jaraknya sangat berdekatan. “Bisa dikatakan tempatnya hampir sama,” ujar Kepala Sie Eksternal Humas PT KA Agus Sukamto kepada Bisnis.
Melihat kondisi rel, memang sedang ada pekerjaan perbaikan yang dilakukan. Pertanyaannya, apakah ini menjadi penyebab hal tersebut?
“Untuk pengerjaan perbaikan ataupun perawatan rel dilakasanakan oleh konsultan yang ditunjuk pemerintah bukan oleh PT KA, begitu pula di sepanjang rel yang menjadi daerah operasional Bandung,” ujar Kepala Humas Daop2 Bandung Mateta Rijalulhaq.
Panjang jalur kereta Bandung-Jakarta sekitar 180 km. Daop2 Bandung mengelola sepanjang 100 km dari Stasiun Bandung hingga Cikampek.
Tahun ini, pemerintah selaku pemilk rel kereta melakukan perawatan pada jalur Bandung-Cikampek dan Bandung-Surabaya.
Ruas rel Daop2 yang mengalami perbaikan dan perawatan sepanjang 14 km antara jalur Bandung-Cikampek. Perawatan dilakukan selama 180 hari kalender dari April-Agustus 2007.
Ada empat titik perbaikan sepanjang jalur tersebut. Ciganea-Sukatani sepanjang 2,75 kilometer, Cikadongdong-Rendeh sepanjang 5,21 kilometer, Cikadongdong-Rendeh di titik berbeda sepanjang 0,27 kilometer, dan Sasak Saat-Cilame sepanjang 5,79 kilometer.
Jalur Sasak Saat-Cilame ini yang menjadi lokasi kejadian anjloknya kereta jurusan Bandung-Jakarta. Perbaikan dengan jalur terpanjang ini, 5,79 kilometer terbukti rawan anjlok, walau belum menelan korban jiwa.
Perbaikan jalan berupa penggantian bantalan beton dari kayu atau besi dengan bantalan beton.
“Proses pengerjaan lama karena ada proses pemadatan, kemungkinan kejadian anjlok karena ada tanah yang belum padat sehingga rel tidak berada pada derajat jalur yang benar,” tutur Agus.
Proses perbaikan ini cukup dilematis. Daop2 tidak mungkin memindahkan rute kereta Bandung-Jakarta ke jalur lain.
Agus menjelaskan proses pemadatan membutuhkan bantuan kereta yang lewat Dengan kecepatan tertentu, kereta membantu mempercepat pemadatan. Anjlok bukan harapan, apalagi sudah ada perhitungannya.
Selama ini Daop2 memberi perhatian lebih pada ruas Ciganea-Sukatani karena ada tanah bergerak di wilayah itu.
Kini, dengan terjadinya lima kali anjlok di wilayah Sasak Saat-Cilame, Daop2 lebih memperhatikan pengerjaan perbaikan di ruas tersebut.
Mateta menjelaskan untuk proses penjagaan terhadap ruas rawan tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah. Daop2 sendiri sudah menurunkan kecepatan kereta di lokasi tersebut hingga di bawah lima kilometer per jam.“Kecepatan tersebut sudah sangat minimal untuk sebuah kereta api,” tuturnya.