BANDUNG: Operator angkutan penumpang jalan raya berjadwal atau travel masih saling menunggu untuk menaikan tarif tergantung perkembangan rencana kenaikan tarif tol sebesar 21% pada akhir Agustus.
Menajer operasional Baraya Travel Agung Agung Prianto mengatakan pihaknya belum bisa menentukan dampak kenaikan tarif tol tersebut terhadap biaya operasional travel.
“Prinsip Baraya adalah tarif murah merupakan pelayanan utama kepada pelanggan sehingga untuk menaikan tarif kepada penumpang tergantung kepada perkembangan tarif travel yang lainnya,” ujarnya kepada Bisnis di Bandung kemarin.
Dia mengatakan komponen tarif tol hanya sekitar 5% dari total biaya operasional yaitu sekitar Rp70.000 per ritase Bandung-Jakarta. Sehingga jika terjadi kenaikan tarif tol berarti akan menambah biaya operasional Rp14.000 per ritase.
Namun, kata dia, untuk penyesuaian tarif penumpang harus dibuat perhitungan lebih lanjut karena harus mempertimbangkan dari berbagai aspek lainya.
“Jangan sampai kenaikan tarif itu mengakibatkan penurunan jumlah penumpang Baray yang setiap hari rata-rata memberangkatkan 300 penumpang,” katanya.
Dia menjelaskan jika implikasi kenaikan tarif/ongkos bisa menurunkan jumlah penumpang maka Baraya akan mempertahankan tarif lama Rp35.000 agar penumpang bisa stabil.
Namun, kata dia, perusahaan harus siap menambah biaya operasional untuk menutupi kebutuhan biaya operasional tarif tol tersebut.
“Risikonya pendapatan perusahaan akan sedikit berkurang karena tidak menyesuaikan biaya operasional akibat kenaikan tarif tol tersebut sedangkan tarif penumpang masih tetap.”
Untuk menambah angka penumpang, sambung dia, pihaknya juga berencana akan menambvah armada dan rute layanan ke daerah lainnya seperti ke Cirebon dan Jogya.
Supervisor Travel Vit-Trans Yudi Ditirta mengatakan belum pernah mendengar rencana kenaikan tarif ini.
“Ada beberapa informasi kami baca, namun belum ada tindakan persiapan menghadapi kenaikan tarif tersebut,” ujarnya.
Menurut dia, perusahaannya akan melakukan penyesuaian tarif jika kenaikan tarif mencapai 20%. Angka belasan juga mungkin sudah ada kenaikan tarif travel Jakarta-Bandung.
Dia menjelaskan pertimbangan menyangkut berapa besar pengaruh kenaikan tarif tol dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Dipastikan kenaikan tarif tidak terlalu besar karena banyak faktor penekan lainnya.
Kalau bisa, tambah dia, jika perhitungan masih memungkinkan perusahaannya berusaha untuk tidak menaikkan tarif. Apalagi travel ini masih tergolong pendatang baru di angkutan moda transportasi darat berjadwal Bandung-Jakarta.
Menurut Yudi, saat ini travelnya menerapkan tarif berbeda untuk rute Bandung-Jakarta, tergantung dari daerah titik pemberhentian di Jakarta. Paling murah Rp35.000 per kursi untuk Bandung-Melawai.
Paling mahal, lanjut dia, Rp60.000 per kursi untuk Bandung-Kelapa Gading. Sistem pentarifan ini merupakan kebijakan baru dari moda transportasi darat berjadwal Bandung-Jakarta.“Makanya kenaikan tarif bisa beragam, atau tidak semua jurusan mengalami kenaikan tarif,” tuturnya.
Menajer operasional Baraya Travel Agung Agung Prianto mengatakan pihaknya belum bisa menentukan dampak kenaikan tarif tol tersebut terhadap biaya operasional travel.
“Prinsip Baraya adalah tarif murah merupakan pelayanan utama kepada pelanggan sehingga untuk menaikan tarif kepada penumpang tergantung kepada perkembangan tarif travel yang lainnya,” ujarnya kepada Bisnis di Bandung kemarin.
Dia mengatakan komponen tarif tol hanya sekitar 5% dari total biaya operasional yaitu sekitar Rp70.000 per ritase Bandung-Jakarta. Sehingga jika terjadi kenaikan tarif tol berarti akan menambah biaya operasional Rp14.000 per ritase.
Namun, kata dia, untuk penyesuaian tarif penumpang harus dibuat perhitungan lebih lanjut karena harus mempertimbangkan dari berbagai aspek lainya.
“Jangan sampai kenaikan tarif itu mengakibatkan penurunan jumlah penumpang Baray yang setiap hari rata-rata memberangkatkan 300 penumpang,” katanya.
Dia menjelaskan jika implikasi kenaikan tarif/ongkos bisa menurunkan jumlah penumpang maka Baraya akan mempertahankan tarif lama Rp35.000 agar penumpang bisa stabil.
Namun, kata dia, perusahaan harus siap menambah biaya operasional untuk menutupi kebutuhan biaya operasional tarif tol tersebut.
“Risikonya pendapatan perusahaan akan sedikit berkurang karena tidak menyesuaikan biaya operasional akibat kenaikan tarif tol tersebut sedangkan tarif penumpang masih tetap.”
Untuk menambah angka penumpang, sambung dia, pihaknya juga berencana akan menambvah armada dan rute layanan ke daerah lainnya seperti ke Cirebon dan Jogya.
Supervisor Travel Vit-Trans Yudi Ditirta mengatakan belum pernah mendengar rencana kenaikan tarif ini.
“Ada beberapa informasi kami baca, namun belum ada tindakan persiapan menghadapi kenaikan tarif tersebut,” ujarnya.
Menurut dia, perusahaannya akan melakukan penyesuaian tarif jika kenaikan tarif mencapai 20%. Angka belasan juga mungkin sudah ada kenaikan tarif travel Jakarta-Bandung.
Dia menjelaskan pertimbangan menyangkut berapa besar pengaruh kenaikan tarif tol dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Dipastikan kenaikan tarif tidak terlalu besar karena banyak faktor penekan lainnya.
Kalau bisa, tambah dia, jika perhitungan masih memungkinkan perusahaannya berusaha untuk tidak menaikkan tarif. Apalagi travel ini masih tergolong pendatang baru di angkutan moda transportasi darat berjadwal Bandung-Jakarta.
Menurut Yudi, saat ini travelnya menerapkan tarif berbeda untuk rute Bandung-Jakarta, tergantung dari daerah titik pemberhentian di Jakarta. Paling murah Rp35.000 per kursi untuk Bandung-Melawai.
Paling mahal, lanjut dia, Rp60.000 per kursi untuk Bandung-Kelapa Gading. Sistem pentarifan ini merupakan kebijakan baru dari moda transportasi darat berjadwal Bandung-Jakarta.“Makanya kenaikan tarif bisa beragam, atau tidak semua jurusan mengalami kenaikan tarif,” tuturnya.