Seluruh tamu tampak larut memberikan opini rasa simpati membahas berita kematian komedian terkenal Taufik Savalas yang tengah diberitakan infotainment.
Topik obrolan berkembang dari keterkejutan akan peristiwa tersebut. Pembahasan pun berpindah pada kejadian kecelakaan lalu lintas sejak awal Juli 2007 hingga pertengahan bulan.
Satu per satu para ibu paruh baya menyampaikan kekhawatiran akan banyaknya kecelakaan lalu lintas. Seorang ibu tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat pembicaraan semakin meramaikan arisan di sore itu.
Sarana transportasi apakah di Indonesia yang bebas dari risiko kecelakaan? Jawabannya, “Tidak ada.”
Sejak awal 2007 terjadi peristiwa kecelakaan yang merenggut banyak korban jiwa di semua sarana moda transportasi. Kecelakaan pesawat terbang, kapal laut, kereta api dan sarana angkutan darat.
Liburan sekolah 1-14 Juli lalu menjadi saksi rawannya moda transportasi angkutan darat terutama bus umum. Tercatat ada tujuh peristiwa kecelakaan lalu lintas sangat menonjol terjadi di Jawa Barat.
Data Kepolisian Daerah Jabar menyebutkan kecelakaan tersebut meliputi kecelakaan bus di Purwakarta dengan enam korban meninggal, bus menabrak truk di Subang, tabrakan beruntun di Cimahi, bus terguling ke jurang di Cianjur yang menewaskan 14 orang, tabrakan antar bus di Kabupaten Bogor dengan korban lima orang tewas, serta tabrakan bus dan minibus di Kabupaten Bandung dengan korban tewas 11 orang.
Total ada 45 korban meninggal dari ketujuh kecelakaan bus tersebut. Angka yang cukup tinggi dari tujuh kecelakaan dalam dua pekan. Belum ditambah dengan korban luka ringan, sedang hingga parah.
Beberapa kecelakaan bisa terjadi di satu wilayah. Dalam dua minggu terakhir terjadi empat kecelakaan di Nagrek yang merenggut 16 orang korban tewas.
Rata-rata kecelakaan ini menimpa rombongan wisata yang sedang menikmati masa liburan sekolah.
Jumlah tersebut baru dari kecelakaan bus umum, belum kecelakaan mobil pribadi dan kendaraan roda dua di kota Bandung. Dengan asumsi, tidak semua orang melakukan perjalanan pada liburan sekolah kemarin.
Data dari ruang pamulasan Rumah Sakit Hasan Sadikin hingga 10 Juli 2007 mencatat adanya kenaikan korban tewas akibat kecelakaan naik dibanding Juni 2007. Kenaikan diprediksi mencapai dua kali lipat hingga akhir Juli 2007.
Kasus kecelakaan lalu lintas selama Juni cenderung sama dengan Mei. Pada Mei 2007 ada 13 orang tewas akibat kecelakaan. Sementara pada bulan Juni 2007 tercatat 13 orang tewas karena kecelakaan lalu lintas.
Hingga 10 Juli 2007, jumlah koran tewas dalam kecelakaan sama dengan total jumlah korban selama Juni 2007. Selain korban meninggal, masih banyak luka berat dan ringan dari kecelakaan kendaraan roda dua.
“Baru minggu kedua jumlahnya sudah mencapai korban bulan kemarin. Namun kami meman sudah mengantisipasi hal ini akan terjadi melihat tren tahun lalu,” Ujar Kepala Unit Gawat Darurat RSHS Tri Wahyu Murni.
Tingginya angka kecelakaan di Jabar khususnya selama bulan ini membuat pengendara harus ekstra waspada. Peningkatan kewaspadaan tidak hanya dalam perjalanan luar kota, pergi ke kantor pun harus waspada.
Ada beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab tingginya kasus kecelakaan lalu lintas. Kendaraan, geografis dan pengendara.
Kendaraan menjadi faktor penentu keselamatan di jalan raya. Untuk kendaraan umum, dinas perhubungan (Dishub) memiliki stadarisasi pengujian kelayakan beroperasi yang harus diperbaharui tiap enam bulan sekali.
“Ada puluhan item pengecekan, mulai dari sistem kemudi, pengereman, mesin, hingga penerangan,” ujar Kepala Humas Dishub Jabar Suhud Suryana.
Mengantisipasi kecelakaan berurutan beberapa minggu ini, Dishub Jabar menerapkan pemeriksaan pengereman setiap bus yang akan berangkat dari terminal. Kendaraan yang optimal harapannya lebih aman.
Sayangnya, kondisi kendaraan bisa berubah saat pengendara mulai mengabaikan kapasitas muat. Ketika beban kendaraan melebihi standar, otomatis sistem pengereman semula tidak berfungsi baik.
Uji kelayakan Dishub Jabar membawa hasil. Dishub Jabar telah mencabut izin trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) jenis elf jurusan Bandung-Kawali yang terlibat dalam tabrakan maut di Nagrek belum lama ini.
Selain itu, Dishub juga telah mengajukan rekomendasi pencabutan izin PO bus Doa Ibu sebagai Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP) ke Departemen Perhubungan.
Faktor kedua, geografis. Kondisi jalan raya di Jabar bermedan curam dengan banyak tikungan. Dishub memasang beberapa rambu peringatan di beberapa titik yang dianggap rawan.
“Sayangnya kok ada saja yang nyolong rambu hingga baut pada guardrill (palang di tepi jalan yang bawahnya jurang sebagai tanda serta pelindung kendaraan),” tutur Suhud.
Dishub kecurian rambu lalu lintas hampir di seluruh ruas jalan utama maupun daerah. Ternyata, tidak hanya kereta api yang riskan kehilangan aset jalannya. Rambu jalan raya pun ada pencurinya.
Faktor ketiga, pengendara. Kondisi cuaca saat ini berpengaruh pada stamina dan kondisi fisik pengendara lalu lintas. Panas di siang hari membuat emosi cepat tersulut. Apalagi tingkat kedisiplinan berkendara di Jabar rendah.Di kota Bandung sendiri pemandangan motor melaju sebelum lampu lalu lintas berubah hijau atau angkutan kota yang tiba-tiba mengerem dan menepi menjadi hal keseharian.
Topik obrolan berkembang dari keterkejutan akan peristiwa tersebut. Pembahasan pun berpindah pada kejadian kecelakaan lalu lintas sejak awal Juli 2007 hingga pertengahan bulan.
Satu per satu para ibu paruh baya menyampaikan kekhawatiran akan banyaknya kecelakaan lalu lintas. Seorang ibu tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat pembicaraan semakin meramaikan arisan di sore itu.
Sarana transportasi apakah di Indonesia yang bebas dari risiko kecelakaan? Jawabannya, “Tidak ada.”
Sejak awal 2007 terjadi peristiwa kecelakaan yang merenggut banyak korban jiwa di semua sarana moda transportasi. Kecelakaan pesawat terbang, kapal laut, kereta api dan sarana angkutan darat.
Liburan sekolah 1-14 Juli lalu menjadi saksi rawannya moda transportasi angkutan darat terutama bus umum. Tercatat ada tujuh peristiwa kecelakaan lalu lintas sangat menonjol terjadi di Jawa Barat.
Data Kepolisian Daerah Jabar menyebutkan kecelakaan tersebut meliputi kecelakaan bus di Purwakarta dengan enam korban meninggal, bus menabrak truk di Subang, tabrakan beruntun di Cimahi, bus terguling ke jurang di Cianjur yang menewaskan 14 orang, tabrakan antar bus di Kabupaten Bogor dengan korban lima orang tewas, serta tabrakan bus dan minibus di Kabupaten Bandung dengan korban tewas 11 orang.
Total ada 45 korban meninggal dari ketujuh kecelakaan bus tersebut. Angka yang cukup tinggi dari tujuh kecelakaan dalam dua pekan. Belum ditambah dengan korban luka ringan, sedang hingga parah.
Beberapa kecelakaan bisa terjadi di satu wilayah. Dalam dua minggu terakhir terjadi empat kecelakaan di Nagrek yang merenggut 16 orang korban tewas.
Rata-rata kecelakaan ini menimpa rombongan wisata yang sedang menikmati masa liburan sekolah.
Jumlah tersebut baru dari kecelakaan bus umum, belum kecelakaan mobil pribadi dan kendaraan roda dua di kota Bandung. Dengan asumsi, tidak semua orang melakukan perjalanan pada liburan sekolah kemarin.
Data dari ruang pamulasan Rumah Sakit Hasan Sadikin hingga 10 Juli 2007 mencatat adanya kenaikan korban tewas akibat kecelakaan naik dibanding Juni 2007. Kenaikan diprediksi mencapai dua kali lipat hingga akhir Juli 2007.
Kasus kecelakaan lalu lintas selama Juni cenderung sama dengan Mei. Pada Mei 2007 ada 13 orang tewas akibat kecelakaan. Sementara pada bulan Juni 2007 tercatat 13 orang tewas karena kecelakaan lalu lintas.
Hingga 10 Juli 2007, jumlah koran tewas dalam kecelakaan sama dengan total jumlah korban selama Juni 2007. Selain korban meninggal, masih banyak luka berat dan ringan dari kecelakaan kendaraan roda dua.
“Baru minggu kedua jumlahnya sudah mencapai korban bulan kemarin. Namun kami meman sudah mengantisipasi hal ini akan terjadi melihat tren tahun lalu,” Ujar Kepala Unit Gawat Darurat RSHS Tri Wahyu Murni.
Tingginya angka kecelakaan di Jabar khususnya selama bulan ini membuat pengendara harus ekstra waspada. Peningkatan kewaspadaan tidak hanya dalam perjalanan luar kota, pergi ke kantor pun harus waspada.
Ada beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab tingginya kasus kecelakaan lalu lintas. Kendaraan, geografis dan pengendara.
Kendaraan menjadi faktor penentu keselamatan di jalan raya. Untuk kendaraan umum, dinas perhubungan (Dishub) memiliki stadarisasi pengujian kelayakan beroperasi yang harus diperbaharui tiap enam bulan sekali.
“Ada puluhan item pengecekan, mulai dari sistem kemudi, pengereman, mesin, hingga penerangan,” ujar Kepala Humas Dishub Jabar Suhud Suryana.
Mengantisipasi kecelakaan berurutan beberapa minggu ini, Dishub Jabar menerapkan pemeriksaan pengereman setiap bus yang akan berangkat dari terminal. Kendaraan yang optimal harapannya lebih aman.
Sayangnya, kondisi kendaraan bisa berubah saat pengendara mulai mengabaikan kapasitas muat. Ketika beban kendaraan melebihi standar, otomatis sistem pengereman semula tidak berfungsi baik.
Uji kelayakan Dishub Jabar membawa hasil. Dishub Jabar telah mencabut izin trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) jenis elf jurusan Bandung-Kawali yang terlibat dalam tabrakan maut di Nagrek belum lama ini.
Selain itu, Dishub juga telah mengajukan rekomendasi pencabutan izin PO bus Doa Ibu sebagai Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP) ke Departemen Perhubungan.
Faktor kedua, geografis. Kondisi jalan raya di Jabar bermedan curam dengan banyak tikungan. Dishub memasang beberapa rambu peringatan di beberapa titik yang dianggap rawan.
“Sayangnya kok ada saja yang nyolong rambu hingga baut pada guardrill (palang di tepi jalan yang bawahnya jurang sebagai tanda serta pelindung kendaraan),” tutur Suhud.
Dishub kecurian rambu lalu lintas hampir di seluruh ruas jalan utama maupun daerah. Ternyata, tidak hanya kereta api yang riskan kehilangan aset jalannya. Rambu jalan raya pun ada pencurinya.
Faktor ketiga, pengendara. Kondisi cuaca saat ini berpengaruh pada stamina dan kondisi fisik pengendara lalu lintas. Panas di siang hari membuat emosi cepat tersulut. Apalagi tingkat kedisiplinan berkendara di Jabar rendah.Di kota Bandung sendiri pemandangan motor melaju sebelum lampu lalu lintas berubah hijau atau angkutan kota yang tiba-tiba mengerem dan menepi menjadi hal keseharian.