Memaksimalkan slot time kosong di Husein Sastranegara

Pagi hari di Bandara Husein Sastranegara suasana cukup padat. Ada antrian penumpang di terminal keberangkatan tampak sibuk mengurus bawaannya dan check-in.
Di sudut lain nampak seorang wisatawan asing kebingungan menghadapi tawaran supir taksi. Supir taksi tidak sekedar menawarkan namun setengah memaksa melihat raut wajah sang turis yang ragu.
Suasana tersebut tidak berlangsung lama. Setelah pukul 10.00 wib suasana kembali sepi. Hanya satu dua orang calon penumpang tampak menanyakan jadwal penerbangan atau membeli tiket.
Ramainya suasana pagi ternyata tidak berlangsung sepanjang hari. Dari data PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Husein Sastranegara, dalam sehari rata-rata ada tujuh jam slot time kosong.
Padahal, dalam satu slot time bandara ini bisa memberangkatkan delapan pesawat dari delapan gerbang keberangkatan yang tersedia.
Slot time sendiri merupakan perhitungan rata-rata waktu sebuah pesawat dari persiapan berangkat hingga take off.
Bandara ini memang memiliki banyak keterbatasan untuk mendukung metropolisnya kehidupan kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat.
Panjang landasan yang sulit diperpanjang hingga ketidakmampuan ketebalan landasan dilandasi pesawat tipe Airbus.
Keterbatasan bandara ini pula yang ada akhirnya menghadirkan gagasan pemprov Jabar untuk membangun bandara Kertajati yang jauh lebih luas di Majalengka.
Sayangnya, melihat kondisi terakhir bandara baru tersebut kemungkinan baru bisa beroperasi beberapa tahun lagi.
Bandung tentu tidak bisa menunggu bandara baru hanya dengan berpangku tangan. Husein Sastranegara tetap harus dipergunakan dengan maksimal.
“Slot time bandara ini baru terpakai 50% dari ketersediaannya saat ini,” ujar Kepala Cabang Angkasa Pura II (AP II) Bandara Husein Sastranegara Resmi Wandi.
Jabar masih bisa membuka kesempatan bagi semua maskapai penerbangan untuk membuka rute baru atau memaksimalkan rute yang berjalan selama ini.
Semuanya untuk lebih membuka akses masuk wilayah kota Bandung dan daerah sekitarnya.
Bandara Husein Sastranegara sendiri bisa dilandasi pesawat menengah seperti Boeing 737-300 dengan kapasitas tempat duduk 148 kursi.
Sejak awal 2007, pengelola bandara ini mengajukan penawaran pada seluruh maskapai penerbangan untuk membuka rute baru atau menambah ferkuensi terabang rute yang sudah berjalan.
Bahkan untuk menggaet banyak maskapai membuka rute baru ke Bandung, pihak AP II menawarkan harga khusus biaya pendaratan.
Hasil survey
Selain itu, selama minggu terakhir liburan akhir pekan 9-15 Juli 2007, Angkasa Pura II bandara Husein Sastranegara melakukan riset pasar untuk mengetahui potensi penumpang ke berbagai rute.
AP II bandara Husein Sastranegara mempelajari berapa banyak penumpang asal Bandung yang naik bus Prima Jasa untuk terbang dari Cengkareng ke berbagai kota di tanah air.
Hasilnya, Medan memiliki potensi penumpang hingga 95 orang per hari, setara dengan load factor 70%-75%. Denpasar juga berpotensi 58 penumpang per hari, disusul potensi Ujung Pandang dengan 49 penumpang per hari dan Balikpapan dengan 40 penumpang per hari.
Penelitian tersebut dilaksanakan setelah maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA) membuka rute Bandung-Ujung Pandang. Artinya, masih ada penumpang yang tidak bisa ditampung dengan penerbangan empat kali seminggu ke sana.
Untuk penerbangan ke Surabaya, walaupun sudah ada MNA melayani setiap hari, potensi pasar yang belum tertampung mencapai 146 seminggu. Jumlah tersebut baru dari penumpang bus Prima jasa jurusan Bandung-Cengkareng, belum ditambah penumpang yang menggunakan travel ke Cengkareng.
Potensi pasar Bandung dan wilayah Jabar lainnya terbukti besar. Bulan ini, MNA membuka dua rute baru, Bandung-Ujung Pandang di awal bulan dan Bandung-Yogyakarta pada 15 Juli 2007.
District Manager MNA Bandung Donny Ruchadi Rurut mengatakan pasar penerbangan untuk wilayah Jabar memiliki potensi besar, terutama untuk rute ke arah timur Indonesia.
Rute ke arah timur Indonesia seperti Biak, Menado dan Jayapura kini mampu mengisi load factor hingga 70% setiap harinya. Sedangkan permintaan ke Yogyakarta juga seimbang dengan rute lainnya.
Masih bulan ini, bandara di kota Bandung ini akan kedatangan satu pemain baru lagi dari sebuah maskapai penerbangan domestik. Sriwijaya Air berencana sebelum akhir Juli akan membuka rute Bandung-Surabaya.
“Mereka mengisi slot pukul 09.00 wib, namun frekuensi penerbanganya belum ada kepastian apakah setiap hari atau tidak,” tutur Resmi.
Sriwijaya Air sedang mempersiapkan lokasi penjualan tiket dan kantor pelayanan Bandung mulai dari awal pekan ini.
Rute Bandung-Surabaya sendiri sudah diterbangi MNA setiap hari pukul 06.05 wib. Rute ini dianggap memiliki potensi pasar tinggi dilihat dari tingkat load factor rata-rata 75%.
Selain Sriwijaya Air dan MNA yang membuka rute baru, Batavia Air serta Adam Air juga sedang dalam proses mempelajari kemungkinan membuka penerbangan ke Bandung.
Sebelum ditambah rencana pembukaan Bandung-Surabaya oleh Sriwijaya Air, bandara ini rata-rata melayani tujuh penerbangan setiap harinya.
Bandung-Surabaya, Bandung-Ujung Pandang, Bandung-Batam, Bandung-Padang, Bandung-Yogyakarta, Bandung-Padang serta Bandung-Kuala Lumpur.
Sayangnya, kedala kurangnya armada di beberapa maskapai berpengaruh pada bandara ini. Dua maskapai penerbangan resmi menghentikan rute penerbangan akibat keterbatasa armada.Citilink menutup rute Bandung-Surabaya per 1 Juni 2007, di tambah Deraya Air yang menutup rute Halim-Bandung-Semarang-Pangkalan Bun sejak awal Juli 2007 dengan alasan yang sama.