Mengapa Helvi Sjarifuddin memperoleh Anugerah Produk Asli Indonesia 2007? Dia ternyata mengembangkan industri kreatif tidak hanya melalui clothing, namun juga musik dan media komunikasi (media cetak).
Dia yang memprakarsai berdirinya label independen Fast Forward Record, tempat band indie terkenal bernaung seperti Mocca dan The Sigit, serta majalah indie terkenal bernama Trolly.
Helvi lahir pada Januari 1971. Menikah pada 1998, kini memiliki dua anak. Pernah memiliki keinginan untuk kuliah di Seni Rupa ITB, namun tidak tembus-tembus UMPTN. Sempat kuliah selama satu semester di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), lulusan SMU N 2 Bandung ini memutuskan untuk menghentikan jenjang pendidikannya.
Salah satu anggota komunitas skateboard Taman Lalu Lintas ini memulai usahanya dengan membuka Reverse sekitar 3 tahun setelah lulus SMU.
Usaha yang pertama kali dibuka adalah Clothing Reverse Pada awal 1994. Helvi menggandeng Richard (mantan drumer Pas band) dan Didit, teman main skateboard di taman lalu-lintas.
Awalnya, Reverse menjual barang-barang impor mulai dari baju hingga sepatu yang modelnya mengarah pada tren musik dan skateboard anak muda saat itu.
Antara 1995-1996 Reverse mulai memproduksi merek lokal sendiri. Awalnya mereka membuat barang yang mudah dibuat seperti pin, kaos, dan stiker yang berhubungan dengan merchandise band indie seperti Pas Band dan Pupen (Marcell pernah jadi drumernya).
Helvi mengaku membuka usaha bukan berorientasi pada uang, namun karena keinginan membuat sesuatu ataupun untuk memenuhi keinginannya.
Pertama membuka Reverse karena produk fashion yang dia dan komunitasnya inginkan jarang ada di pasaran. Mulai memproduksi sendiri karena produk impor harganya semakin mahal, sementara model produk fashion yang dicari masih belum ada di pasaran.
Dalam membuat produk clothing Reverse, Helvi berusaha menciptakan desain original, tidak mencontek desain dari produk impor. Dari sisi harga juga sengaja dibuat murah sesuai dengan kantung anak muda di Kota Bandung.
Sebagai gambaran, harga sebuah kaos impor sekitar Rp100.000, Reverse memproduksi kaos seharga Rp50.000-Rp60.000 dengan desain dan kualitas yang tidak kalah bersaing.
Niatnya menjadi fasilitator bagi orang-orang berjiwa muda di Bandung yang susah mencari produk impor dengan harga mahal. Efeknya, sejak saat itu sudah banyak orang yang mengambil barangnya untuk dijual kembali di kota lain seperti Bogor, Jakarta, dan Yogyakarta.
Dia yang memprakarsai berdirinya label independen Fast Forward Record, tempat band indie terkenal bernaung seperti Mocca dan The Sigit, serta majalah indie terkenal bernama Trolly.
Helvi lahir pada Januari 1971. Menikah pada 1998, kini memiliki dua anak. Pernah memiliki keinginan untuk kuliah di Seni Rupa ITB, namun tidak tembus-tembus UMPTN. Sempat kuliah selama satu semester di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), lulusan SMU N 2 Bandung ini memutuskan untuk menghentikan jenjang pendidikannya.
Salah satu anggota komunitas skateboard Taman Lalu Lintas ini memulai usahanya dengan membuka Reverse sekitar 3 tahun setelah lulus SMU.
Usaha yang pertama kali dibuka adalah Clothing Reverse Pada awal 1994. Helvi menggandeng Richard (mantan drumer Pas band) dan Didit, teman main skateboard di taman lalu-lintas.
Awalnya, Reverse menjual barang-barang impor mulai dari baju hingga sepatu yang modelnya mengarah pada tren musik dan skateboard anak muda saat itu.
Antara 1995-1996 Reverse mulai memproduksi merek lokal sendiri. Awalnya mereka membuat barang yang mudah dibuat seperti pin, kaos, dan stiker yang berhubungan dengan merchandise band indie seperti Pas Band dan Pupen (Marcell pernah jadi drumernya).
Helvi mengaku membuka usaha bukan berorientasi pada uang, namun karena keinginan membuat sesuatu ataupun untuk memenuhi keinginannya.
Pertama membuka Reverse karena produk fashion yang dia dan komunitasnya inginkan jarang ada di pasaran. Mulai memproduksi sendiri karena produk impor harganya semakin mahal, sementara model produk fashion yang dicari masih belum ada di pasaran.
Dalam membuat produk clothing Reverse, Helvi berusaha menciptakan desain original, tidak mencontek desain dari produk impor. Dari sisi harga juga sengaja dibuat murah sesuai dengan kantung anak muda di Kota Bandung.
Sebagai gambaran, harga sebuah kaos impor sekitar Rp100.000, Reverse memproduksi kaos seharga Rp50.000-Rp60.000 dengan desain dan kualitas yang tidak kalah bersaing.
Niatnya menjadi fasilitator bagi orang-orang berjiwa muda di Bandung yang susah mencari produk impor dengan harga mahal. Efeknya, sejak saat itu sudah banyak orang yang mengambil barangnya untuk dijual kembali di kota lain seperti Bogor, Jakarta, dan Yogyakarta.
Tak untung berlebih
Dia berprinsip tidak ingin mengambil keuntungan berlebihan menjadikan perputaram modal hampir setiap usahanya cukup cepat sehingga kegiatan yang semula hobi berubah menjadi bisnis yang dikelola profesional tanpa meninggalkan semangat pertemanan.
Belajar otodidak dalam menjalankan bisnisnya, namun dia selalu memegang kepercayaan pada hubungan pertemanan dan saling mendukung temannya yang ingin membuka usaha dibidang yang sama.
Hal tersebutlah yang menyebabkan jumlah clothing, perusahaan rekaman independen, dan majalah fashion indie jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun.
Komunitas ini terus mendukung perkembangan satu sama lain melalui persaingan yang sehat seperti tidak saling membajak ide desain dan menjatuhkan clothing atau perusahaan rekaman dan majalah indie lainnya.
Setelah Reverse, pada 1998 Helvi membangun Airplane bersama Cholay dan Fiki, masih temannya di Taman Lalu Lintas). Airplane merupakan clothing yang sejak awal memproduksi merek sendiri dengan komoditas lokal.
Airplane masih bertahan hingga saat ini dan menjadi salah satu brand clothing terbesar di Indonesia dengan formasi kepemilikan tiga orang (Helvi, Cholay, Fiki), sementara dari Reverse Helvi keluar dan pengelolaannya kini dilakukan oleh Didit tanpa memiliki toko lagi.
Helvi saat ini memiliki dua usaha, yaitu Airplane dan Fast Forward Record yang didirikan sejak 1999. Label rekaman ini juga mendi pelopor berdirinya puluhan label rekaman indie di Bandung, Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya.
Majalah Trolly sendiri dibuat pada tahun 2000 oleh komunitas skateboard taman lalu-lintas yang memiliki clothing dan komunitas Common Room (termasuk Gustaf yang saat ini menjadi ketua komunitas tersebut).
Helvi hanya mengelola majalah tersebut selama satu setengah tahun untuk berkonsentrasi di bisnis clothing melalui Airplane dan industri musik melalui Fast Forward Record (kaset dan CD kompilasi finalis LA Indie Fest juga salah satu yang diproduksi oleh perusahaan rekaman ini).
Bisnis Indonesia, 12 Desember 2007