JAKARTA: Rencana pemerintah menawarkan menambah utang bersih baru pada tahun ini sebesar Rp103,1 triliun menimbulkan kekhawatiran berkurangnya daya serap masyarakat terhadap obligasi yang akan dikeluarkan korporasi. Sedikitnya, pemerintah akan menawarkan surat utang negara sebesar Rp87,3 triliun.
Direktur Fixed Income dan Perdagangan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipasi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) T. Guntur Pasaribu menilai rencana pemerintah tidak perlu dikhawatirkan. Berikut petikan dialog yang berlangsung pekan lalu.
Apa pengaruh rencana pemerintah mengeluarkan obligasi terhadap rencana swasta menerbitkan obligasi pada tahun ini?
Rencana pemerintah mengeluarkan obligasi, baik berupa surat utang negara (SUN) maupun obligasi negara ritel Indonesia (ORI) lebih banyak dari tahun lalu memang membawa sedikit kekhawatiran.
Hingga awal pekan lalu, BEI mencatat jumlah obligasi yang akan diterbitkan korporasi pada semester I 2008 sekitar Rp8 triliun-Rp9 triliun. Jumlah tersebut belum seluruh obligasi yang akan keluar, seperti obligasi dolar Bank Panin belum termasuk di dalamnya. Pada 2008, diperkirakan ada sekitar Rp40 triliun total obligasi yang akan dikeluarkan oleh korporasi.
Rencana pemerintah mengeluarkan obligasi, baik berupa surat utang negara (SUN) maupun obligasi negara ritel Indonesia (ORI) lebih banyak dari tahun lalu memang membawa sedikit kekhawatiran.
Hingga awal pekan lalu, BEI mencatat jumlah obligasi yang akan diterbitkan korporasi pada semester I 2008 sekitar Rp8 triliun-Rp9 triliun. Jumlah tersebut belum seluruh obligasi yang akan keluar, seperti obligasi dolar Bank Panin belum termasuk di dalamnya. Pada 2008, diperkirakan ada sekitar Rp40 triliun total obligasi yang akan dikeluarkan oleh korporasi.
Besarnya obligasi yang akan dikeluarkan pemerintah tahun ini bisa berpengaruh pada daya serap pasar?
Kami yakin ketika pemerintah punya rencana, mereka sudah memikirkannya dengan matang. Apalagi rencana ini juga harus memperoleh persetujuan dari dari legislatif.
Invesor domestik juga masih kuat menyerap dana yang cukup besar baik dari SUN, ORI, dan obligasi korporasi. Masih banyak dana dari publik yang belum terserap pasar obligasi.
Berapa besar dana itu?
Saat ini, dana pihak ketiga (DPK) dari publik yang terserap perbankan diperkirakan mencapai Rp1,2 kuadriliun dengan 60%-70% dari jumlah tersebut merupakan dana institusi. Kami perkirakan ada sekitar Rp720 triliun yang belum digunakan untuk investasi pada obligasi.
Meskipun pemerintah mengeluarkan obligasi hingga Rp103 triliun tahun ini, saya yakin pasar masih dapat menyerapnya, termasuk menyerap pula obligasi korporasi.
Perusahaan swasta yang akan mengeluarkan obligasi tidak perlu khawatir terjadi penurunan daya serap pasar, apalagi masih ada kemungkinan datangnya investor asing.
Kami yakin ketika pemerintah punya rencana, mereka sudah memikirkannya dengan matang. Apalagi rencana ini juga harus memperoleh persetujuan dari dari legislatif.
Invesor domestik juga masih kuat menyerap dana yang cukup besar baik dari SUN, ORI, dan obligasi korporasi. Masih banyak dana dari publik yang belum terserap pasar obligasi.
Berapa besar dana itu?
Saat ini, dana pihak ketiga (DPK) dari publik yang terserap perbankan diperkirakan mencapai Rp1,2 kuadriliun dengan 60%-70% dari jumlah tersebut merupakan dana institusi. Kami perkirakan ada sekitar Rp720 triliun yang belum digunakan untuk investasi pada obligasi.
Meskipun pemerintah mengeluarkan obligasi hingga Rp103 triliun tahun ini, saya yakin pasar masih dapat menyerapnya, termasuk menyerap pula obligasi korporasi.
Perusahaan swasta yang akan mengeluarkan obligasi tidak perlu khawatir terjadi penurunan daya serap pasar, apalagi masih ada kemungkinan datangnya investor asing.
Bagaimana menarik dana itu ke pasar obligasi?
BEI sudah memulai dengan kampanye dari kota ke kota untuk medidik publik.
Minat investor terhadap pasar obligasi masih tumbuh ?
Data kami menunjukkan bahwa ketika subprime mortgage bermasalah di AS dan berpengaruh pada pasar di seluruh dunia, ternyata pasar obligasi Indonesia baik untuk SUN, ORI, maupun obligasi korporasi tidak banyak berfluktuasi.
Data transaksi pun terlihat tidak jauh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya. Jika pada Desember 2007 rata-rata transaksi harian sebesar Rp4,3 triliun, transaksi harian pada Januari 2008 hanya turun menjadi Rp4,25 triliun. Secara volume transaksi, terlihat tidak terlalu berpengaruh.
Tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia masih dalam tren wajar. Kalau diperhatikan, yield obligasi bertenor tiga hingga empat tahun sekarang masih di kisaran 8,5%-8,7%.
Apakah ada sumber dana lain untuk menyerap obligasi yang akan dikeluarkan?
Tentu saja ada sumber dana yang sudah akrab dengan investasi pada obligasi, yaitu investor dari obligasi yang jatuh tempo tahun ini.
Obligasi korporasi yang akan jatuh tempo tahun ini jumlahnya sebanyak Rp16,4 triliun, sementara SUN yang akan jauh tempo pada 2008 sebesar Rp28,2 triliun.
BEI sudah memulai dengan kampanye dari kota ke kota untuk medidik publik.
Minat investor terhadap pasar obligasi masih tumbuh ?
Data kami menunjukkan bahwa ketika subprime mortgage bermasalah di AS dan berpengaruh pada pasar di seluruh dunia, ternyata pasar obligasi Indonesia baik untuk SUN, ORI, maupun obligasi korporasi tidak banyak berfluktuasi.
Data transaksi pun terlihat tidak jauh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya. Jika pada Desember 2007 rata-rata transaksi harian sebesar Rp4,3 triliun, transaksi harian pada Januari 2008 hanya turun menjadi Rp4,25 triliun. Secara volume transaksi, terlihat tidak terlalu berpengaruh.
Tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia masih dalam tren wajar. Kalau diperhatikan, yield obligasi bertenor tiga hingga empat tahun sekarang masih di kisaran 8,5%-8,7%.
Apakah ada sumber dana lain untuk menyerap obligasi yang akan dikeluarkan?
Tentu saja ada sumber dana yang sudah akrab dengan investasi pada obligasi, yaitu investor dari obligasi yang jatuh tempo tahun ini.
Obligasi korporasi yang akan jatuh tempo tahun ini jumlahnya sebanyak Rp16,4 triliun, sementara SUN yang akan jauh tempo pada 2008 sebesar Rp28,2 triliun.
Bisnis Indonesia, 18 Februari 2008